Minggu, 26 Oktober 2008

PT DAN PENGEMBANGAN KWALITAS LULUSAN

Banyaknya perguruan tinggi di Indonesia harusnya menjadi wadah untuk masyarakat menikmati pendidikan berbasis multi kerakyatan, pedidikan ini dirancang guna mensejahterakan rakyat dalam bidang aklak, penalaran, dan pengembangan kesejahteraan umum yang dirangkum dalam kurikulum pendidikan. Dan apa yang harus di persalahkan jika banyaknya perguruan tinggi di Negara ini belum mampu mengembangkan kwalitas lulusan yang mampu bersaing dalam dunia kerja maupun terjun langsung dalam masyarakat. Akankah perguruan tinggi menjadi penting jika didalam system pengajaranya, maupun penerimaanya menggunakan jalur serba instan.
Perkembangan dunia pendidikan khususnya perguruan tinggi harusnya menjadi tolak ukur perkembangan generasi penerus bangsa, yang terangkum dari jumlah lulusan dan jumlah peluang kerja bagi sarjana maupun diploma. Namun pada kenyataanya, perguruan tinggi menjadi, sebuah lembaga yang hanya merancang pengembangan di bidang instanisasi (asal meluluskan tanpa memperhitungkan kwalitas lulusanya). Dari dasar itulah banyak pendidikan perguruan tinggi di indonesia yang masih mementingkan kepentingan pendapatan, reputasi, tanpa mampu untuk mengajarkan peserta didiknya yaitu membina menjadi lulusan yang super, dengan tujuan siap kerja dan cermat dalam kesempatan berkarir. Dari dasar itulah kita bisa melihat, tidak banyak lulusan perguruan tinggi yang bekerja sesuai jurusan atau program studynya atau malah cepat puas dengan kesempatan kerja yang di dapat tanpa memperhitungkan sebab dan standar gaji yang mereka terima. Hasilnya, banyak neraca perbandingan lulusan perguruan tinggi hari ini yang numpang lewat dari perusahaan satu ke perusahaan yang lain dengan berbagai faktor kendala seperti : menyadari gaji pokok yang tidak sesuai standard, kurang siap mental bekerja di posisi yang asing karna tidak sesuai program keilmuanya, loyalitas dan semangat yang kurang, belum mampu beradaptasi dengan perusahaan, susah membina hubungan baik, atau yang sangat banyak di temui kebosanan dan tingkat jenjang karir yang terlalu susah untuk di peroleh.
KENDALA LULUSAN PERGURUAN TINGGI YANG NUMPANG LEWAT DI PERUSAHAAN
Gaji pokok yang tidak sesuai standard
Tidak sesuai keilmuan
Loyalitas dan semangat yang kurang
Sulit beradaptasi dengan pekerjaan
Susah membina hubungan baik
Tingkat jenjang karir yang terlalu susah untuk di peroleh

Faktor inilah yang kemudian menjadi acuan utama mengapa banyak di temukan lulusan perguruan tinggi yang hanya numpang lewat perusahaan. Dari fenomena ternyata tidak banyak perguruan tinggi yang mengajarkan pembinaan mutu kwalitas lulusan, karena hanya berpatokan pada inputnya tanpa harus berfikir tentang output lulusanya. Perguruan tinggi harus merancang program kemandirian kemamahasiswaan melalui simulasi dan pengembangan minat bakat sebagai rancangan pengalaman mahasiswa. Mengapa hal ini perlu ? dari data yang di kembangkan Pusat data dan analisis TEMPO mayoritas lulusan perguruan tinggi yang mampu bersaing adalah mereka yang telah banyak mengikuti kegiatan diluar pelajaran saat mereka aktif menjadi mahasiswa dengan prosentase seperti tabel di bawah ini
RANGKING ATRIBUT INDEKS
1 Aktif berorganisasi 20.32
2 Mengasah kemampuan berbahasa inggris 18.60
3 Belajar dengan tekun (aktif kegiatan perkuliahan) 17.70
4 Mengikuti perkembangan imformasi di media massa 15.98
5 Bergaul/memiliki banyak teman 15.07
6 Mempelajari aplikasi umum komputer 12.32
Sistem pengajaran yang dirancang perguruan tinggi seperti lingkaran yang tidak terpisahkan. Komulatifnya adalah pengembangan kemahasiswaan yang bersifat membina selain pengajaran perkuliahan (Hard skills). Hard skills umumnya memang sudah di peroleh melalui pengajaran dikelas biasanya Perguruan tinggi yang bersetandar pendidikan yang baik, lebih banyak menerapkan pengajaran berbasis kopetensi. Dimana dosen hanya memberikan fasilitator untuk mengarahkan mahasiswa dan membekali mahasiswa untuk lebih lagi mencari referensi dan lebih aktif lagi dalam pengajaran di ruang kuliah dalam bentuk diskusi, praktek dan simulasi kelompok. Jika sistem berbasis koptensi ini mampu dijalankan di dalam ruang kelas maka peningkatan soft skills di luar aktifitas pengajaran akan mudah untuk di terapkan. Namun buakan berarti dosen menjadi enak-enakan, akan tetapi kecermatan dan mutu dosen harus mampu mengimbangi mahasiswa yang aktif dalam acara perkuliahanya. Contohnya jika mahasiswa mampu mencari referensi melalui berbagai media baik masa maupun nirmassa maka dosen wajib memfasilitasi pengembangan usaha mahasiswa tersebut dari alur penambahan wacana mahasiswa dan arahan subjektif dan seobjektif mungkin. Rancanganya di dalam dunia imformasi dosen wajib memiliki minimal Email dan Blog aktif sebagai alur komunikasi mahasiswa diluar matakuliah.
Tidak hanya dosen Seorang mahasiswa harus mampu belajar mengelola waktunya, dimana mahasiswa bekerja keras mampu berorentasi dalam pengembangan hard skill, soft skill, left skill maupun personal skill dari berbagai kegiatan dikampus. kita banyak melihat organisasi kampus yang banyak mengajarkan arahan soft skills bagi mahasiswa antara lain mengembangkan proses kegiatan ekstra kulikuler, melalui BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa), SENAT Mahasiswa, HMJ (Himpunan Mahasiswa Jurusan), HMP (Himpunan Mahasiswa Program) dan Program kreatifitas meliputi ketersediaan UKM (Unit kegiatan Mahasiswa).
Disadari atau tidak dari kegiatan tersebutlah mahasiswa dididik untuk belajar berorganisasi hal ini menjadi sangat penting, karena perguruan tinggi jarang melakukan Kontrol terhadap setiap mahasiswanya, sehingga selain belajar mahasiswa di beri kesempatan untuk melakukan pengembangan dirinya melalui program-program di atas.
Di Perguruan tinggi hal ini menjadi standar bersaing untuk mencari lulusan mahasiswa yang terbaik. Hingga tidak jarang perguruan tinggi mengembangkan soft skills mahasiswa melalui kegiatan ekstra kulikuler tersebut. Jika perguruan tinggi mau mengembangkan lulusan terbaik maka ada empat tahapan untuk pengembangan antara lain seperti tabel lingkaran dibawah ini:

Di unmer sendiri kwalitas pendidikan di ukur dari adanya kurikulum yang sudah termutukan dengan adanya BPMU (badan penjaminan mutu universitas) ini merupakan sebuah langkah yang sistematis yang mampu merangkum kwalitas lulusan dengan standar mutu. Namun alangkah lebih penting jika standar mutu tersebut mengajarkan bagaimana kwalitas lulusan yang mampu bersaing di dunia kerja atau malah membuka lapangan pekerjaan. BPMU mampu menjawab tahapan nilai yang di ajarkan tapi belum banyak yang menghasilkan lulusan terbaik perguruan tinggi. Universitas harusnya mempunyai target bagaimana mencermati kebutuhan lulusan yang dibutuhkan dalam dunia kerja. Teori saja tidak cukup tanpa harus diimbangi dengan praktek dan simulasi langsung. Hal ini guna mewujudkan lulusan yang berdaya guna dan tepat guna sehingga mampu untuk di perhitungkan.
Aktif berorganisasi sebuah contoh guna mewujudkan visi lulusan yang tangguh, inisiatif dan pekerja keras. Organisasi kampus banyak mengajarkan mahasiswa secara langsung aktif dalam berorentasi kedepan sehingga nantinya mereka tidaklah kaget dengan dunia pekerjaan.

Penulis adalah mahasiswa Fisip Universitas Merdeka Malang

Tidak ada komentar: