Minggu, 26 Oktober 2008

Budaya jawa

oleh : andreas

Bangsa besar tentunya memiliki sebuah dinamika kehidupan besar dalam pengaruh budaya. Ketergantungan inilah yang mula-mula menjadi dasar momentum budaya lokal menjadi sebuah momentum kebangsaan atau Negara yang berbudaya. Budaya apapun itu, tentunya selalu kental dalam nilai lokal masyarakatnya. Namun didalam masyarakat yang dewasa inilah, apakah budaya semakin tinggi dan nilai keyakinnan akankah semakin besar untuk dicakup semua kalangan masyarakat. Atau sebaliknya, masyarakat yang berkembang akan beransur-ansur meninggalkan nilai budaya aslinya.



Nilai kebudayaan, mula-mula memang menjadi targetan yang mampu merangsang masyarakat dalam pengembangan sikap. Hal ini tentu akan berhubungan langsung dengan sebuah proses dimana mastarakat yang memiliki budaya, akan bersikap dan mencerminkan budaya tersebut. Tentunya jika dalam masyarakat terdapat suatu kearifan lokal yang masih melekat, maka nilai budaya pun akan semakin berlangsung seksama. Dalam kata lain mampu mengimbangi perkembangan jaman, kapanpun itu.
kearifan lokal (local wisdom) awalnya menjadi semagat perkembangan budaya jawa menjadi jawa adiluhung (mengena dalam berbagai sendi kehidupan), pendidikan, ekonomi, sosial masyarakat, bahkan sampai ketatanan politik. Prinsip tatanan inilah yang tumbuh pesat pada era jawa kuno dimana masyarakat Amat melekat dengan sendi kehidupan yaitu alam sebagai sendi kehidupan dari pencipta dan patut untuk di dasari sepenuhnya. Sehingga banyak sekali masyarakat jawa kuno menanamkan sendi kehidupan melalui faktor kepercayaan alam (segala sesuatu dikerjakan dengan alam) mulai mencari bahan makanan, lahan bermain, sampai kepada sistem kerja yang didapat melalui alam. Selain itu akar generasi juga Amat melekat dalam sendi kehidupan masyarakat dimana masyarakat Amat menghormati leluhur sebagai penghubung kedekatan dengan sang pencipta (sang hyang wenang).
Pada dasarnya budaya jawa merupakan alih generasi. Keyakinan tentang makna hidup dianut dan disadari sebagai penggerak tatanan dalam masyarakat. Dasar budaya jawa sendiri Sangat kental dengan memiliki sebuah cirri khas dinamisasi masyarakat.
Seperti halnya sebuah mitos (tahayul) Amat melekat dalam budaya jawa, mitos ini-pun tidak luput dari sebuah kepentingan masyarakat jawa kuno pada waktu itu. Jawa kuno Amat menyandingkan nilai kepercayaan dan keyakinan terhadap makna hidup. Menurut Djoko Soekiman dosen filsafal dan pemerhati budaya jawa memaparkan bahwa jawa merupakan salah satu etnis dari sekian banyak etnis atau budaya yang ada di Indonesia dengan kata lain budaya jawa merupakan sebuah nilai tanam kepercayaan masyarakat yang awalnya dari sebuah kebiasaan mempercayai sesuatau dan kemudian menjadi kebiasaan yang berulang-ulang yang bisa saja diadopsi menjadi suatu kepercayaan namun saat itu belum disebut sebagai agama.
pada dasarnya budaya jawa, disebut-sebut sebagai budaya ketimuran yang dipadukan dari unsur kebudayaan yang ada termasuk hindu-budha dan pengaruh masuknya islam. penyebar-penyebar agama dari india dan timur tengah inilah yang mempengaruhi budaya masyarakat konon waktu itu. cerita sejarah hindu budha seperti cerita dewa dan pendawa lima dikisahkan menjadi Petruk, semar,gareng,bagong,togog. hal ini dikarenakan legenda masyarakat yang mempercayai cerita-cerita yang beralur agama . sehingga kehidupan masyarakat lebih kepada puncak tertinggi kepercayaan atau bisa disebut cara pandang kejawen.
Nilai inilah yang layak dijunjung tinggi dalam pengaruh budaya jawa yang melekat dalam masyarakat jawa. hubungan masyarakat akan kebudayaan, baru-baru ini menjadi hal yang menarik untuk diperdebatkan, apalagi kajian budaya jawa, memiliki pengaruh terhadap masifnya kebudayaan jawa hari ini. sejarah peradaban jawa sebenarnya memiliki peluang yang strategis guna merancang cita-cita kehidupan sosial. kita selalu tersenyum jika melihat peradaban jawa pada masa kejayaan kerajaan majapahit. dasar itulah yang menjadi patokan utama bagai mana Majapahit kala itu mampu menjelma menjadi kebudayaan yang cukup di agungkan di nusantara. namun jika menilik budaya kerajaan itulah, masyarakat akan diasikan dengan memoribelia dan keterbelakangan masyarakat tempo dulu. hal ini memang wajar jika kita melihat budaya kerajaan itulah yang patut untuk kita banggakan hari ini. bagaimanapun juga hal tersebut merupakan sebuah keinginan untuk mengulang sukses pada jaman kedepan. yang menarik, seolah hari ini sejarah tentang kerajaan-kerajaan itu, mulai dilupakan oleh masyarakat. tidak banyak masyarakat atau bisa kita bilang generasi muda mengetahui sejarah dan peradaban budayanya. ini yang menjadikan masyarakat mulai terasingkan dengan budayanya sendiri, dan bukan sebuah jaminan jika perkembangan jaman akan menjadikan budaya semakin berkembang mengikuti jaman tersebut.
Budaya alkuturasi seolah menjadi budaya sihir yang paling cepat untuk mempengruhi masyarakat, apalagi hari ini begitu cepat alur peradaban baru muncul dan berkembang pesat di tatanan masyarakat sehingga bisa kita kategorikan hal ini sebagai imperialisme kebudayaan kedalam Pop Culture (budaya populer). budaya populer memang hari ini menjadi buah pikir yang menarik, mengingat kurang bisanya budaya asli eksis di dalam masyarakat. apalagi masyarakat hari ini sudah memasuki abad modern dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin maju pesat. bahkan jika kita lebih peka terhadap proses ini, unsus kepercayaan akan bergeser kearah kesenangan dan perkembangan.
kepercayaan itu sendiri bisa kita petakan menjadi berbagai unsur antara lain Agama, Kebudayaan, pola pikir sosial. struktur keyakinan mengkaji tentang fungsi religi dalam kehidupan sosial masyarakat antara lain kepercayaan religi yang merangkum konsepsi tentang Tuhan, Manusia, dan alam. dari ketiga konsepsi itulah kebudayaan jawa bisa dikategorikan, antara lain tentang adanya kekuatan gaib, Hyang wenang, roh, malikat atau nabi yang masuk kepada kajian konsepsi ketuhanan. konsepsi manusia lebih mengarah kepada hal kesejahteraan kehidupan, antara lain mampu mengendalikan diri dan belajar mengenal lingkungan sosial masyarakat, seperti sikap sopan santun, menghargai oranglain, dan berfikir pasrah atau dalam bahasa jawa nerimo. sedangkan konsepsi alam antara lain kepercayaan terhadap lingkungan yang melatarbelakangi kehidupan seperti kelestarian hutan dan sumberdaya alam, atau dalam masyarakat jawa kita kenal dengan asal usul padi, begitu pentingnya padi membuat masyarakat jawa mengsakralkan bahan makanan ini sebagai buah pikir masyarakat atas kepentingan yang utama. jika kitakaitkan konsepsi alam ini, yang menarik adalah cerminan masyarakat jawa atas pentingnya kelestarian lingkungan. jika hal ini tetap kepada ruang kepercayaan maka isu kerusakan lingkungan yang mengakibatkan pemanasan Global (Global Warming) tidak akan terjadi dalam konteks kepercayaan masyarakat jawa terhadap konsepsi dan pola pikir ini. nilai ini yang harus kita kritisi bersama, seringkali budaya jawa yang menjadi akar dinamika sosial masyarakat seolah hari ini tidak terlihat. Pop Culture seolah merubah konsepsi falsafah jawa, kategori seperti ini umumnya bukan berlaku pada masa kini melainkan masa akan datang.
Ada kecenderungan masyarakat jawa mengartikan budayanya sebagai yang terbaik, sehingga bila mana budaya yang menguncang didalamnya mempunyai nilai kemampanan yang tak lain akan mengikat masyarakat kepada ritual seksama, akan menjadi dasar masyarakat kepada kejelasan budaya. Sehingga budaya ini akan mendorong masyarakat kepada kecintaan terhadap budayanya, dan akan membuat masyarakat jawa memiliki semangat untuk selalu mengandalkan budaya peninggalan ini.

Alkulturasi Kebudayaan Jawa

Perkembangan peradaban budaya di Indonesia tidak lepas dari perkembangan jawa. Pada abad 18 perkembangan budaya jawa di Indonesia memasuki masa penjajahan, dimana masyarakat waktu itu sangat tertekan dengan peradaban budaya, seperti budaya barat yang dibawa belanda kala itu. Selain itu munculnya para saudagar dan penyebar agama seperti Cina, Arab dan India semakin membuat munculnya budaya alkulturasi antara barat dan timur yang disebut Indis (Djoko soekiman). Budaya indis sendiri semakin kokoh sehingga melatarbelakangi perkembangan bangsa jawa, termasuk bahasa, tempat tinggal serta perabot rumah tangga hal ini ditandai dengan luas bangunan rumah, pekarangan serta perabotan yang menggambarkan kemewahan. Apalagi penjajahan belanda di jawa mengharuskan masyarakat untuk ter-ekploitasi sebagai sumber pendapatan ekonomi Belanda. Selain latar belakang ekonomi percampuran kebudayaan ini juga mempengruhi kepercayaan masyarakat atau agama seperti contoh dalam upacara dan ritual keagamaan, gamelan sebagai pengiring perayaan agama mereka, padahal kita tahu bahwa gamelan memiliki ruang hiburan bagi masyarakat jawa. Akulturasi masyarakat jawa dan budaya barat yang dibawa belanda cenderung mengarah kepada ruang-ruang ekonomi dan mata pencaharian. Maka tidak salah orang jawa cenderung pekerja keras dan nerimo (menerima) mencirikan alkulturasi budaya tersebut.

Jawa Primadona Bangsa
Begitu gencar didengungkan oleh sebagian besar masyarakat bahwa jawa hari ini tetap menjadi primadona dan sebuah gambaran umum negara ini. atau mungkin banyak sekali hari ini masyarakat, khususnya indonesia membicarakan budaya jawa. jawa memang harus menjadi suatu hal yang layak untuk diperdebatkan mulai dari falsafahnya, sampai kepada masyarakat khususnya jawa itu sendiri. secara mendasar jawa hari ini memang menjadi suguhan menarik yang layak untuk di perbincangkan. kita bayangkan sejarah atau pemimpin negara ini selalu tidak lepas dari suku jawa. sebut saja Soekarno, Soeharto, Gusdur, Megawati, sampai yang terakhir yaitu Susilo Bambang Yudoyono, mereka dipercaya untuk menjadi pemimpin yang menggerakan roda-roda bangsa kedepanya. entah atau sebuah kebetulan, yang pasti kepercayaan masyarakat tetap kepada keturunan orang jawa sampai hari ini. dari sebuah poling terakhir, yang di terbitkan salah satu media nasional. orang jawa tetap menjadi unggulan dan tetap menyuguhkan sesuatu magig dalam masyarakat. padahal kita tau berdirinya negara ini bukan dari satu unsur kebudayaan saja, melainkan puluhan budaya yang tergabung, mulai sabang sampai meraoke, tapi itulah jawa tetap menjadi unggulan.
Pun demikian juga tokoh-tokoh pahlawan nasional seringkali atau kebanyakan dari etnis jawa. sebut saja tokoh patih terkenal yaitu gajah mada, atau pangeran diponegoro, ibu kartini. Semuanya merupakan gambaran masyarakat jawa. Apalagi khususnya jawa hari ini menjadi sebuah symbol pengembangan segala bidang baik ekonomi, politik, maupun sumber energi. Semuanya menepatkan jawa sebagai lahan basah untuk memajukan Negara Indonesia. Bahkan kebanyakan orang menyebut Indonesia adalah jawa.
cita-cita yang sering didengungkan alon-alon asal kelakon menjadi wacana yang sulit dikaji. konsep alon-alon asal kelakon adalah ibarat perjuanggan yang tidak mengenal lelah untuk mencapai tujuan yang di inginkan. orang jawa sendiri mengibaratkan dirinya sebagai air yang mengalir mengikuti kehidupan, konsep air sendiri ibarat ketenangan diartikan cermin dan buah pikir yang tidak sembrono untuk mengambil keputusan. pepatah ini tidak luput adanya konsep melepaskan tekanan kehidupan, misalnya orang jawa selalu hati-hati dalam setiap langkah untuk mengambil keputusan apapun itu. sehingga mereka akan mencerminkan sikap area konsepsi jawa yang diambil dari tokoh perwayangan seperti semar dan lima sekawan. Dari gambaran umum masyarakat jawa itulah karater orang jawa tersusun mulai mimik wajah, warna kulit, dan abjad bahasa yang bersimbol kesopanan.
Namun aneh jika gambaran masyarakat jawa yang notabene adalah berjiwa penguasa atau orang jawa menjadi tuntunan, hari ini belum mampu mengangkat martabatnya. Seperti masih banyaknya penganguran dan masyarakat jawa yang belum mengenyam pendidikan tinggi atau makin banyaknya TKI/TKW dari jawa yang bekerja diluar negri . Hal ini riskan jika konsep jawanisasi harus berjalan kurang seimbang. Atau mungkin perubahan konteks jawa yang tida lagi mengenal keadiluhungannya membuat masyarakat jawa, belum mampu memenangi keadaan ini.
Ini yang membuat jawa kurang berhasil mengimbangi konsepsi falsafahnya, keterbelakangan budaya membuat jawa berdiri timpang dan tumpul dalam merubah pandangan hidup di jaman sekarang. Mungkin ini pengaruh semakin majunya jawa membuat budaya jawa tidak dapat bergerak luas. Apalagi generasi yang semakin lupa terhadap budaya jawa yang dinilai tertinggal mengharuskan masyarakat beralih kepada budaya kebarat-baratan.
















Tidak ada komentar: