Minggu, 26 Oktober 2008

PESONA DANAU SAMPAI ARGO DALEM PASINGGAHAN RAJA BRAWIJAYA


PESONA DANAU SAMPAI ARGO DALEM PASINGGAHAN RAJA BRAWIJAYA
Oleh : andreas

Misteri gunung di indonesia tidak selamanya akan menjadi suatu tontonan alam ataupun sebagai wejangan bagi masyarakat. terbukti dari berbagai ratus gunung di Indonesia, ada sebagian yang masih aktif atau masih sangat berbahaya untuk dijangkau ataupun ditempati.
terlebih lagi masih adanya faktor alam yang mempengaruhi tragedi akan terjadi berbagai bencana. akan tetapi hal ini tidak menyurutkan niat kami untuk mengapai salah satu gunung tepatnya di perbatasan Propinsi jawa timur dan jawa tengah.

Kendaraan butut dan juga insting untuk mencari pengalaman baru, serta tidak adanya denah untuk menuju lokasi, Kami yang bisa dibilang junior dibidang pendaki merasa tidak nyaman dengan peralatan yang minim untuk menuju puncak lawu. Dari kota malang hinnga sampai kedaerah ini membutuhkan waktu yang lumayan cukup panjang saya dan teman perjalanan saya sebut saja Arie lebih memilih jalur alternative berliku dan menanjak melewati pujon, ngantang, dan Kota Pare. Dari arah Kota Pare Kita akan menuju kearah kota Nganjuk dan madiun, perjalanan ini akan semakin menantang dengan jalur yang lurus dan sesekali melewati Hutan Saradan yang akan semakin melelahkan dengan udara yang lumayan panas. Setiba dikota Madiun kami agak kesulitan dengan jalur kota yang dikenal dengan sebutan kota gadis ini. Tetapi untung saja di pusat kota, ada petunjuk arah yang bisa mempermudah perjalanan kita menuju puncak lawu. Memang ada dua jalur alternative menuju gunung lawu diantaranya dari kota solo dan kota magetan tetapi kali ini kami lebih memilih melewati kota magetan yang terkenal dengan kerajinan kulitnya. Dari kota magetan memang tidak ada petunjuk yang pas untuk mencapai gunung lawu. Tetapi sampai di kota magetan ada petunjuk arah untuk berkunjung ditelaga sarangan, bagi kami memang tidak asing akan nama telaga ini, maklum pada waktu SD (Sekolah Dasar) kami sempat mendengar telaga ini lewat pelajaran Bahasa Daerah hingga walau belum mengerti tempatnya, kami merasa tidak asing lagi dengan nama telaga ini. Petunjuk arah Telaga sarangan inilah yang akan membawa kami kepuncak gunung lawu. Dari kota magetan menuju telaga sarangan kurang lebih bisa ditempuh antara waktu normal 30 - 60 menit dengan melewati jalan yang terus menanjak berliku. Akan tetapi sebelum sampai kesebuah telaga sarangan bagi orang awam jangan terkecoh jika nanti ditengah-tengah perjalanan mendapatkan telaga yang banyak sekali digerumuni oleh para penghoby ikan atau sering kita sebut pemancing. Tempat tersebut bukan telaga sarangan melainkan telaga yang khusus untuk perairan penduduk Desa Maleo kecamatan Plaosan yang rata-rata bermata pencaharian petani sayur-mayur. Setelah kurang lebih berjalan 21 Km dari kota magetan kita akan sampai kesebuah telaga yang amat indah jika dinikmati dengan mata terbuka. Sajian telaga yang berada di dataran tinggi sangat indah dan menakjubkan. Tidak jarang jika wisata inilah yang merupakan aset mata pencaharian penduduk Desa sarangan. Dan jangan kawatir jika ingin berlama-lama di daerah ini karna banyak sekali Hotel, atau tempat untuk beristirahat bahkan ditepian danau sekalipun semuanya akan dipenuhi tempat-tempat penginapan.
Bahkan jika anda penghoby berkuda ataupun perahu boat. Di daerah wisata ini banyak sekali kita jumpai pengguna jasa seperti penyewaan kuda dan perahu. Kuda kuda besar inlah yang menggugah minat kami ikut merasakan nikmatnya berkuda keliling telaga yang dikenal dengan pusat mata air gunung lawu. Asik dan menyenangkan jika terlebih kita bermalam dikawasan ini, udara dingin alam pegunungan akan menemani kita malam hari, bahkan jika menyempatkan waktu untuk berjalan bukan tidak mungkin lagi kita akan melihat gemerlap kota Madiun dan kota Magetan pada malam hari, waah amat menakjubkan!!!. Keesokan harinya kita akan banyak melihat kabut embun yang mengelilingi danau seperti berada pada kawah gunung yang masih aktif.
Rasa-rasanya kurang jika merasakan satu malam dikawasan ini, namun tidak ada alternative lain jika ingin cepat sampai di puncak lawu sebelum hari semakin petang.
Dari telaga sarangan jalan akan lebih menajak lagi 140 derajat menuju puncak lawu tentunya nanti kita akan menemukan berbagai jalan lain yang memang dibuat untuk memudahkan pengguna kendaraan. walau area ini adalah area pegunungan namun jangan kawatir dan membayangkan bentuk perjalaanan yang kita akan lalui. Karna walau ini adalah daerah pegunungan jalan yang akan kita lalui terbuat dari aspal dan banyak sekali tikungan hal ini guna memudahkan bagi kendaraan yang sulit sekali menanjak. Kurang lebih berjalan 5 Km kita akan sampai ditempat yang ramai para penjual sate diantaranya sate kelinci. Sate kelinci menjadi santapan yang lezat dan juga berguna menghangatkan suhu tubuh kita. Tempat inilah yang dinamakan cemoro sewu yang artinya (seribu pohon cemara) memang tempat ini banyak sekali ditumbuhi pohon cemara hingga apakah banyak sekali cemara sehingga tempat ini dinamakan Cemoro Sewu. Setelah sampai ditempat ini tentunya kita tidak bisa lagi diperkenankan untuk menggunakan kendaraan karna memang jalan menuju puncak hanya berdiameter lima kali telapak kaki orang dewasa. Dari sinilah kita akan banyak ditemani para pendaki tentunya harus ada syarat khusus terutama jumlah pendaki yang harus berjumla genap. Ini dikarenakan sebagai wangsit atau petuah jika ada pendaki yang berjumlah ganjil maka penghuni atau makluk gaib akan menggenapkanya dalam arti salah satu diantaranya akan diambil hingga berjumlah genap. Memang banyak sekali misteri-misteri yang tersimpan dalam gunung lawu. Misteri dan keangkeran gunung lawu tidak lepas dari cerita raja majapahit. Cerita tentang prabu brawijaya dan dua abdinya diyakini masyarakat didaerah gunung lawu sebagai penghuni tetap kawasan ini. Sehingga tidak jarang kawasan ini amat dikeramatkan bagi masyarakat setempat sebagai tempat untuk berjiarah dan tidak jarang juga banyak pendaki atau orang-orang sesepuh (orang-orang tua) mendaki hanya untuk berjiarah ketempat yang dikeramatkan tersebut.
Dari cerita rakyat konon daerah ini merupakan tempat Prabu Brawijaya dan para abdinya bersemedi atau mendekatkan diri pada sang pencipta. Memang ada sebuah tempat yang khusus untuk dikeramatkan dan sering untuk digunakan sebagai tempat berziarah antara lain argodalem, argo dumiling, dan argo dumilah. Tempat-tempat inilah yang pernah menjadi pamoksan atau persinggahan prabu brawijaya dan dua abdinya tersebut.

Didasari oleh sebuah cerita rakyat tersebut, konon puncak gunung lawu diyakini merupakan salah satu kerajaan pertama dipulau jawa yang dinamai dengan kerajaan majapahit. Majapahit yang amat tersohor dikawasan pertiwi ini pada masa itu di perintah oleh sebuah raja bernama prabu brawijaya. Dari raja majapahit inilah puncak lawu mulai mengalami perubahan dengan adanya monument baru pada masa itu.
Prabu Brawijaya merasa gelisah terhadap seorang anaknya yaitu raden patah yang memeluk agama islam dan mendirikan kerajaan lain yaitu kerajaan Demak. Prabu Brawijaya yang memeluk agama hindu merasa risau terhadap masa depan kerajan majapahit sehingga beliu memutuskan untuk bermeditasi naik gunung untuk mendekatkan diri pada yang maha kuasa dari itulah beliu mendapatkan wangsit untuk bersemedi di daerah puncak argo dalem atau mungkin bisa kita sebut kawasan pedalaman puncak lawu.



EXPIDISI 1


















Tidak ada komentar: