Minggu, 26 Oktober 2008

The Boxing Day

oleh : andreas

The holiday Boxing

seringkali disebut pertarungan dihari kemenangan, momentum natal menurut masyarakat inggris tidakhanya dinikmati dengan embel2 pesta melainkan tontonan menarik dalam sepak bola. menurut mereka sepak bola sudah menjadi roh karna memiliki peradaban yang gemilang.
sejak negara Ratu Elizabeth I serius melarang sepakbola dan menyediakan penjara bagi rakyatnya yang memaksa bermain. karna pada saat permainan ini mulai digemari banyak masyarakat yang terkena luka-luka akibat belum adanya aturan dalam permainan ini.
namun selang duaratus tahun kemudian seorang tokoh penulis buku yang bernama Joseph Strutt membuat aturan dalam sebuah buku yang berjudul The Sports and Pastimes of The People England. dalam buku tersebut lahir aturan bahwa bermain bola harus terdiri dari dua tim dengan jumlah yang sama yang akan memasukan bola kegawang lawan masing2 dengan jarak 70-90 cm
munculnya buku tersebut banyak menyita perhatian masyarakat dan ada pula yang mengkritik tentang luas tempat yang terlalu besar. Namun lambat laun praktek buku tersebut secara tidak langsung telah menyebar di kota-kota besar inggris terutama Kota london.
Mereka sebenarnya mengadopsi peraturanperaturan
sederhana sepak bola yang sudah dipraktikkan di Jepang dan Cina puluhan abad sebelumnya. Dalam World Soccer (1992), Guy Oliver menulis bahwa peraturan dan permainan tsu chu maupun kemari merupakan sumber ilham sepak bola modern.
Mulcaster dijuluki sebagai “pembela sepak bola paling gigih dari abad 16″. Itu karena ia tekun mengkampanyekan sepak bola yang tidak brutal. Permainan ini, katanya, bahkan harus dimainkan oleh perempuan dan anak-anak karena berguna untuk kekuatan dan kebugaran tubuh. Padahal di Cina, menurut pelukis Dinasti Ming, Du Jin, para perempuan sudah bermain tsu chu antara tahun
1465-1509.
Konsep Strutt ini kemudian dijadikan pijakan peraturan sepak bola modern. Pijakan ini mendasari lahirnya Football Association di Inggris pada 26 Oktober 1863 oleh 11 klub sepak bola di sana yang anggotanya terdiri dari para mahasiwa. Awalnya, asosiasi mengatur jumlah pemain satu tim sebanyak
15-21 orang. Pada 1870 jumlah pemain dibakukan menjadi sebelas. Penjaga gawang baru muncul pada 1880. Dari organisasi ini pulalah lahir istilah soccer, dari singkatan kata association. Charles Wreford Brown, mahasiswa Universitas Oxford, menemukan tak sengaja istilah ini ketika ditanya orang apakah ia seorang pemain rugbi (rugger), olahraga yang lebih terkenal di sana. Brown menjawab, “No, I’am
soccer.”
Sedangkan football, meskipun pertama kali disebut dalam larangan- larangan para raja pada abad 17 dengan nama fute-ball, istilah ini semakin populer setelah ditulis dramawan Inggris yang terkenal, William Shakespeare. Dalam King Lear seorang tokohnya mencemooh tokoh lain yang dianggap dungu sebagai “football player”. Shakespeare melanjutkannya ketika menulis Comedy and
Errors (adegan II). Istilah ini masih dipakainya untuk mencemooh tokoh yang begerak tak tentu arah. Tahun 1863 merupakan tonggak sejarah sepak bola modern. Selain ada wasit, luas lapangan dan jumlah pemain yang dibatasi, sepak bola juga hanya memakai kulit binatang yang diisi udara. Permainan ini kemudian menyebar ke negara jajahan Inggris dan berkembang pesat dan kompleks sebagai budaya massa dalamabad modern.
Orang Inggris keliru ketika pada Piala Eropa 1996 memasang spanduk besar-besar dengan bunyi: sepak bola kembali ke tanah leluhurnya. Orang Inggris mengacu pada kelahiran Asosiasi sepak bola (FA) yang baru berusia dua abad itu. Mereka keliru karena sepak bola adalah produk santun
kebudayaan Timur. Sebagai sebuah budaya massa, sepak bola telah menarik minat para ilmuwan dengan pelbagai latar belakang: sosial, ekonomi, politik, filsafat. Victor Matheson dari Departemen Ekonomi William College, Inggris, dalam penelitiannya di tahun 2003 menyimpulkan bahwa klub-klub profesional di Eropa dan Amerika Selatan menyumbang pertumbuhan ekonomi yang signifikan
kepada negaranya. Setiap klub, dengan perputaran uang triliunan rupiah,
setidaknya mempekerjakan 3.000 karyawan. Atau holiganisme di Inggris yang
menarik minat para sosiolog dalam meneliti pendukung sebuah kesebelasan.
Sejarah besar sepakbola tersebutlah yang menjadikan masyarakat ingris sangat meng agung-agungkan olahraga ini. Sehingga sepakbola sudah menjadi tradisi atau budaya masyarakat pada ritual-ritual besar termasuk natal, sehingga lahirlah Chistmas box atau dikenal dengan sebutan The Boxing Day. Namun sayang keceriaab mereka tidak di imbangi dengan prestasi timnas ingris tahun ini. Ingris gagal menembus putaran piala eropa atau yang dikenal dengan Piala UERO setelah gagal di kualifikasi namun nampaknya di akhir tahun 2008 peluang inggris yang saat ini di besut oleh Capello semakin nampak pada piala dunia nanti.



Tidak ada komentar: