Minggu, 26 Oktober 2008

hikayat Jawa

Dalam peta dunia jawa merupakan sebuah pulau dengan luas …. Dan kategori wilayah kesukuan yang relative beraneka ragam. Dari kategori wilayah inilah jawa pernah menjadi kerajaan besar yang mampu menguasai asia tenggara. Dumensi masyarakat jawa inilah apakah mampu merubah Negara ini menjadi kejelasan. Karna kita tahu bahwa kepercayaan masyarakat untuk sosok pemimpin Negara dipercayakan kepada orang-orang jawa, seperti Soekarno, Soeharto, Abdul Rahman wahit (Gusdur), Megawati Soekarno Putri dan Susilo Bambang Yudoyono (SBY). Namun apa sebenarnya yang mempengaruhi jawa menjadi jawa yang besar sehingga orangjawa menjadi kepercayaan utama masyarakat modern saat ini. Apakah historis, kebudayaan latarbelakang masyarakat dan system kebudayaan dan adakah factor yang lain.

Hindu-Bhuda
Kemajuan tradisi budaya jawa hari ini memang menjadi sebuah sumber peradaban masyarakatnya. Mulai dasar budaya kerajaan sampai proses masuknya perkembangan islam semuanya membutuhkan waktu yang amat panjang. Apalagi momentum perkembangan jaman juga merubah peradaban masyarakat yang tak lain bisa kita sebut dengan masyarakat jawa modern. Namun berbagai peradaban baru tidak mungkin lepas dengan sejarah perkembanganya. Mulai latar belakang masyarakat sampai kepada pengaruh yang timbul dalam masyarakat adalah factor utama pengaruh modernisasi kebudayaan jawa. Factor yang mempengaruhi perkembangan jawa adalah keberadaan sejarah, yang taklain munculnya kerajaan Hindu-Budha, dan tentunya penyebar agam dan kerajaan islam.
Jika dipandang dalam pemetaan sejarah, jawa lahir dengan budaya primitive masyarakat. Budaya primitive ini timbul disaat masyarakat jawa berinteraksi dengan alam, kepercayaan masyarakat terbentuk mulai dari teka-teki alam. Dari alam itulah perkembangan jawa mulai berubah dengan kepercayaa-kepercayaan ritual adat. Bahkan tradisi adat inilah yang meyakinkan konsepsi budaya jawa mulai terbentuk disini. Namun nampaknya jawa memiliki pengaruh yang sangat siknifikan terhadap metabolisme perkembangannya. Masuknya pengaruh hindu-budha menjadikan pola pikir masyarakat lebih meluas dengan budaya kerajaan. Masyarakat yang tadi nya hanya merupakan sebuah perkumpulan adat menjadi lebih luas dengan berkembangnya kerajaan.
Masuknya perkembangan hindu-budha di jawa tak lain karna pola kesamaan masyarakat dengan latarbelakang pemahaman. Saat itulah jawa mulai mengenal adanya kepercayaan tertinggi (sang Hyang). Perkembangan budaya ini menyebar hingga kepelosok nusantara. Sehingga banyak berdiri kerajaan besar yang bernaung dijawa sesuai dengan latar belakang adat masing-masing. Kerajaan kanjuruhan, mataram, Kediri, sampai kepada perkembangan kerajaan singasari dan majapahit.
Berdirinya kerajaan Hindu –Buda tersebut mempengaruhi ekonomi, politik masyarakat. Yang lebih mengandalkan bercocok tanam sebagai gambaran masyarakat yang terikat dengan budaya kerajaan. Selain itu ekonomi bercocok tanam juga merupakan kebutuhan mendasar masyarakat untuk bertahan hidup. Namun sebagian hasil wajib untuk dijadikan upeti dan persembahan kepada kerajaan dan upacara keagamaan. Ritual ini sailih berganti dengan berkembangnya, strata dalam masyarakatpun terbentuk dari sini.

Dibukanya kran pembentukan ini, merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakat jawa dalam mempengaruhi kebudayaan yang lain. Kerajaan dijawa menjelma menjadi kerajaan hindu-budha terbesar di area asia tenggara. Sejak saat itulah jawa menjadi budaya perkembangan kerajaan khususnya hindu-bhuda. Namun perkembangan kerajaan hindu-bhuda membuka alur perkembangan terutama dijalur perdagangan. Sampai akhirnya mulculah pedagang dan penyebar agama yang akan merubah jawa pada perkembangan yang modern.
Hindu-budha dan masuknya islam
Seiring dengan tunbuh dan berkembangnya kerajaan hindu-budha, banyak para pedagang dari Negara lain berdatangan ditanah jawa untuk menjajahkan daganganya. Diatara mereka rata-rata menetap dan kawin dengan bangsa pribumi. Munculnya para saudagar ini juga ikut mempengaruhi perkembangan masyarakat jawa. Disamping untuk berdagang, mereka juga menyebarkan agama dan pengembangan ajaran agama yaitu islam.
Islam sendiri dijawa mulai muncul dari penyebar agama dari daratan cina yaitu Pimpinan admiral Dinasti Ming bernama Zheng He ( Laksamana Cheng Ho). Dalam pengembaraanya Cheng Ho terdampar dipulau jawa pesisir, yang saat ini bernama kota semarang. Bahkan bukti kedatangan hoo di prasastikan menjadi kuil bersejarah bagi orang Thiong Hoa tempat ini bernama sampokong. Bahkan jika tidak salah di tempat tersebut terdapat sebuah peninggalan kapal dari Cheng Ho yaitu jangkar yang sampai saat ini menjadi symbol kepercayaan pengunjung yang memujanya sebagai pembawa berkah.
Masuknya penyebar agama islam tersebut, mengikuti gaya hidup masyarakt local sedemikian rupa sehingga mereka juga memiliki pengaruh untuk menyisipakan dasar agama mereka. namun jika menilik lebih jauh lagi pengaruh islam sebenarnya telah terlebih dahulu memasuki malaka yaitu Sumatra dengan berdirinya kerajaan di sana. Dijawa sendiri dasar masuknya islam ditandai dengan bukti prasasti makam atau nisan yaitu di trawulan dan tralaya didekat situs istanah majapahit. Dalam nisan tersebut bertuliskan angka jawa kuno dan tahun saka 1633M batu nisan pertama ditemukan di truwulan yang bertarikh S 1290 (1368-69M), sedangkan di Tralaya beberapa nisan yang tarikhnya berkisar antara S 1533 (1376-1611M).
Namun perkembangan islam inilah yang menumbuhkan peradaban baru dalam masyarakat jawa. Jawa kembali menemukan alur perkembangan modern dalam kemajuan masyarakatnya. Hal ini terlihat dalam sudut pandang masyarakat yang mulai mengenal buah pikir baru seperti kearifan local masyarakat. Selain itu munculnya islam juga tidak merubah tatanan dan identitas kepercayaan masyarakat jawa tradisional.
Berbagai kesenian yang di padukan menjadi buah pikir masyarakat seperti wayang kulit, cerita rakyat, permainan tradisional. Dipadukan sesuai alur kesenangan masyarakat, islam menguatkan unsur cerita Hindu-Bhuda dan tradisional masyarakat menjadi kesenian local. Seperti dalam cerita perwayangan ada semar, petruk, gareng, togog, bagong dll merupakan gambaran cerita hindu-budha tentang pendawa lima, namun islam menggambarkan sesuai karakter masyarakat, sehingga dapat cepat diterima oleh orang jawa.
Arah perkembangan jawapun mulai muncul dengan runtuhnya kerajaan-kerajaan Hindu-Budha. Pengaruh islam yang mulanya dimasukan dari pesisir mulai berperan penting dalam urusan Negara termasuk majunya jalur ekonomi.

Riwayat Jawa dari aspek yang Strategis
Jawa merupakan pulau yang memiliki sederetan gunung berapi yang berjajar dari timur sampai kebarat. keberadaan gunung dan bukit tinggi juga turut memisahkan daerah terpencil menjadi pusat yang cocok bagi persawahan. Daerah-daerah padi tersebut merupakan salahsatu terkaya diseluruh dunia. Selain itu ada jalur penghubung utama yaitu keberadaan sungai-sungai yang sebagian besar relative pendek. Hanya ada dua sungai yang paling cocok untuk hubungan jarak jauh yaitu sungai berantas dan bengawan solo. Sehingga tidak jarang dari lembah-lembah tersebut menjadi pusat kerajaan-kerajaan bersar pada pertengahan abad XVII, atau mungkin sebelumnya.
Selain aliran sungai, juga terdapat jalur darat dengan pos cukai dan jembatan-jembatan permanen. Namun jalan darat tersebut hanya cocok dilalui pada saat musim kering (kemarau) pada sekitar bulan Maret-September, selain itu jalan darat besar bisa juga dilalui kendaraan berat. Akan tetapi jalan darat dapat menghambat dan lebih berbahaya disbanding aliran sungai. Para perampok atau penguasa local dapat menghambat perjalanan. Sedangkan pada musim penghujan mungkin jalan darat tidak dapat dilalui karena membutuhkan peralatan berat untuk perawatanya.
Dengan demikian pulau jawa pada abad permulaan terdiri dari lingkup penduduk yang relative terpisah satu sama lain. Populasi pada abad pertengahan pun tidak diketahui. Sehingga prediksi banyak daerah yang tidak berpenduduk sangat jarang. Setiap kerajaan di jawa memerluakan kekuasaan pusat atas daerah yang terpencil, dengan perkecualian kerajaan Majapahit. Karna kerajaan dijawa kebanyakan kerajaan pedalaman. Karena sulitnya penghubungan tersebut, perdagangan luar negri bukan kegiatan utama kerajaan tersebut.
Jawa disebut masyarakat “hidrolis” yang didasar pada pertanian dan sawah. Bahkan pada abad ke XIX jawa merupakan penghasil beras terbesar di Asia Tenggara. Namun tetap komuditi masyarakat jawa merupakan dari wilayah yang berbeda, dan masing-masing wilayah memilikihasil komuditi yang brbeda pula. Seperti :

Sunda (jawa barat) : lada, pinang, asam jawa, bunga-bunga, dan rempah-rempah tumbuhan. Jawa tengah :beras, bahan pangan (ubi jalar, jagung,dll), lada, asam jawa, madu, kayu cedana dll.Jawa timur : beras, madu, kapas, bahan pangan, sayur, ikan, kayu dll. Komuditi masyarakat jawa memang beraneka ragam,hal tersebut merupakan pengaruh area lahan yang sangat luas untuk pemanfaatan sumberdaya alam.

Majapahit
Kesksesan kerajaan majapahit ikut serta dalam mengankat dinamika masyarakat jawa. Kesejahteraan rakyat, dan pemerintahan yang tak terbatas membuat kerajaan ini berdiri sangat lama. Bahkan setelah ber-abad lamanya majapahit tetap dikenal di wilayah nusantara. Peninggalan-peninggalan sejarahpun tidak lepas begitu saja. Prasasti berbahasa jawa kuno seperti Desawarnana atau egarakertagama serta pararato berbahasa jawa tengah, sangat dikenal dengan manuskrip yang abadi.
Dalam manuskrip tersebut dijelaskan kerajaan besar tanah jawa yaitu majapahit pemerintahan kerajaan mulai raja kerta rajasa sampai raja terahir raja sawardana menjadi sejarah lengkap berdiri dan runtuhnya kerajaan tersebut. Berdirinya kerajaan majapahit tidak lepas akar kebudayaan masyarakat yang amat mengenal peta politik wilayah pada waktu itu. Jawa yang merupakan daerah berpenduduk tidak merata, mengaharuskan kekuatan politik berada ditangan kerajaan, sehingga dari pedalaman daerah terdapat sebuah pemimpin atau adipati dari kerajaan majapahit. Kekuatan wilayah tersebut menjadi factor penentu berkembangnya kerajaan majapahit dengan memperluas daerah jajahanya diluar pulau jawa.
Daerah jajahan tersebut memiliki pengruh cukup besar atas Negara-negara lain seperti, Sumatra, semenanjung Malaya, Kalimantan, serat Indonesia timur. Perluasan kerajaan majapahit seperti halnya penalukan bali pada ahun 1343 dengan mengirimkan ekspedisi untuk menghukum Palembang di Sumatra. Sampai hubungan internasional dibentuk melalui hubungan campa, kamboja,siam,birma dan Vietnam serta mengirimkan dutanya ke cina.
Majapahit merupakan kerajaa yang hebat, Negara yang mengamalkan ajaran hindu-budha tersebut sekaligus pemersatu ajaran dewa tertinggi kedua agama yaitu siwa dan wisnu. Terjadinya penyatuan agama tersebut terjadi pada diri raja yang dianggab sebagai Siwa Bhuda dan Nirguna bagi penanut agama Hindu. Raja –raja majapahit merupakan keturunan raja pertama antaralain

Raja Kertarajasa Jayawardhana 1294-1309
Raja Jayanegara 1309-1328
Raja Tribhuwana Wijayottungga 1328-1350
Raja Rajasanagara (Hayam Wuruk) 1350-1389
Raja WikramawarDhana 1389-1429
Ratu Suhita 1429-1447
Raja Wijayaparakramawardhana 1447-1451
Raja Rajasawardhana 1451-1453
Namun setelah masa Raja Rajasawardhana ini terjadi perpecahan raja majapahit sampai pada akhinya diteruskan oleh :
Raja Girisawardhana 1456-1466
Raja Singhawikramawardhana 1466-1478
Setelah raja terahir tersebut, majapahit jatuh ketangan Negara Islam yaitu Demak pada tahun 1478 pada masa pemerintahan Raja Singhawikramawardhana.Namun menurut sejarah masa keemasan kerajaan ini adalah pada pemerintahan hayam wuruk (raja Rajasanaga), pada masa tersebut manuskrip Dasawarnana ditulis mulai pemberontakan sampai kepada pembicaraanketurunan pewaris kerajaan.

Refrensi :
M.C Ricklefs,”Sejarah Indonesia modern”Aspek-aspek umum dari Negara prakolonial dan kerajaan besar, 1300-1500:serambi: September 2007, hal 49.
Kuntowijoyo. “ Budaya dan Masyarakat”: tiara wacana: bandung, april 2006
Bastin John. The native policies of sir Stamford Raffles in java and Sumatra: an economc interpretation. Oxford: Clarendon, 1957.
Baker, J.W.M. Filsafat kebudayaa :kanisius: 1984

Tidak ada komentar: